Thursday, April 26, 2012

10 Rahasia 17 Agustus 1945 yang Tak Pernah Diajarkan di Sekolah

|| 10 Rahasia 17 Agustus 1945 yang
Tak Pernah Diajarkan di Sekolah ||
1. Soekarno Sakit Saat Proklamirkan
Kemerdekaan
Pada 17 Agustus 1945 pukul 08.00
(2 jam sblm pembacaan teks

Proklamasi), ternyata Bung Karno
masih tidur nyenyak di kamarnya, di
Jalan Pegangsaan Timur 56, Cikini.
Dia terkena gejala malaria tertiana.
Suhu badannya tinggi dan sangat
lelah setelah begadang bersama
para sahabatnya menyusun konsep
naskah proklamasi di rumah
Laksamana Maeda. Saat itu, tepat di
tengah2 bulan puasa Ramadhan.
“Pating greges”, keluh Bung Karno
setelah dibangunkan dr Soeharto,
dokter kesayangannya. Kemudian
darahnya dialiri chinineurethan
intramusculair dan menenggak pil
brom chinine. Lalu ia tidur lagi.
Pukul 09.00, Bung Karno terbangun.
Berpakaian rapi putih-putih dan
menemui sahabatnya, Bung Hatta.
Tepat pukul 10.00, keduanya
memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia dari serambi rumah.
“Demikianlah Saudara-saudara! Kita
sekalian telah merdeka!”, ujar Bung
Karno di hadapan segelintir patriot-
patriot sejati. Mereka lalu
menyanyikan lagu kebangsaan
sambil mengibarkan bendera pusaka
Merah Putih. Setelah upacara yang
singkat itu, Bung Karno kembali ke
kamar tidurnya; masih meriang. Tapi
sebuah revolusi telah dimulai…
2. Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Dibuat Sangat Sederhana
Upacara Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia ternyata berlangsung
tanpa protokol, tak ada korps musik,
tak ada konduktor, dan tak ada
pancaragam. Tiang bendera pun
dibuat dari batang bambu secara
kasar, serta ditanam hanya beberapa
menit menjelang upacara. Tetapi
itulah, kenyataan yang yang terjadi
pada sebuah upacara sakral yang
dinanti-nanti selama lebih dari 300
tahun!
3. Bendera dari Seprai
Bendera Pusaka Sang Merah Putih
adalah bendera resmi pertama bagi
RI. Tetapi dari apakah bendera sakral
itu dibuat? Warna putihnya dari kain
sprei tempat tidur dan warna
merahnya dari kain tukang soto!
4. Akbar Tanjung Jadi Menteri
Pertama “Orang Indonesia Asli”
Setelah merdeka 43 tahun,
Indonesia baru memiliki seorang
menteri pertama yang benar-benar
“orang Indonesia asli”. Karena
semua menteri sebelumnya lahir
sebelum 17 Agustus 1945. Itu
berarti, mereka pernah menjadi
warga Hindia Belanda dan atau
pendudukan Jepang, sebab negara
hukum Republik Indonesia memang
belum ada saat itu. “Orang
Indonesia asli” pertama yang
menjadi menteri adalah Ir Akbar
Tanjung (lahir di Sibolga, Sumatera
Utara, 30 Agustus 1945), sebagai
Menteri Negara Pemuda dan Olah
Raga pada Kabinet Pembangunan
(1988-1993).
5. Kalimantan Dipimpin 3 Kepala
Negara
Menurut Proklamasi 17 Agustus
1945, Kalimantan adalah bagian
integral wilayah hukum Indonesia.
Kenyataannya, pulau tersebut paling
unik di dunia. Di pulau tersebut, ada
3 kepala negara yang memerintah!
Presiden Soeharto (memerintah 4
wilayah provinsi), PM Mahathir
Mohamad (Sabah dan Serawak) serta
Sultan Hassanal Bolkiah (Brunei).
6. Setting Revolusi di Indonesia
Diangkat Ke Film
Ada lagi hubungan erat antara 17
Agustus dan Hollywood. Judul pidato
17 Agustus 1964, “Tahun Vivere
Perilocoso” (Tahun yang Penuh
Bahaya), telah dijadikan judul
sebuah film – dalam bahasa Inggris;
“The Year of Living Dangerously”.
Film tersebut menceritakan
pegalaman seorang wartawan
Australia yg ditugaskan di Indonesia
pada 1960-an, pada detik2
menjelang peristiwa berdarah th
1965. Pada 1984, film yang
dibintangi Mel Gibson itu mendapat
Oscar untuk kategori film asing!
7. Naskah Asli Proklamasi
Ditemukan di Tempat Sampah
Naskah asli teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang ditulis
tangan oleh Bung Karno dan didikte
oleh Bung Hatta, ternyata tidak
pernah dimiliki dan disimpan oleh
Pemerintah! Anehnya, naskah
historis tersebut justru disimpan
dengan baik oleh wartawan BM Diah.
Diah menemukan draft proklamasi
itu di keranjang sampah di rumah
Laksamana Maeda, 17 Agustus 1945
dini hari, setelah disalin dan diketik
oleh Sajuti Melik.Pada 29 Mei 1992,
Diah menyerahkan draft tersebut
kepada Presiden Soeharto, setelah
menyimpannya selama 46 tahun 9
bulan 19 hari.
8. Soekarno Memandikan
Penumpang Pesawat dengan Air Seni
Rasa-rasanya di dunia ini, hanya the
founding fathers Indonesia yang
pernah mandi air seni. Saat pulang
dari Dalat (Cipanasnya Saigon),
Vietnam, 13 Agustus 1945, Soekarno
bersama Bung Hatta, dr Radjiman
Wedyodiningrat dan dr Soeharto
(dokter pribadi Bung Karno)
menumpang pesawat fighter
bomber bermotor ganda. Dalam
perjalanan, Soekarno ingin sekali
buang air kecil, tetapi tak ada
tempat. Setelah dipikir, dicari jalan
keluarnya untuk hasrat yang tak
tertahan itu. Melihat lubang-lubang
kecil di dinding pesawat, di situlah
Bung Karno melepaskan hajat
kecilnya. Karena angin begitu
kencang sekali, bersemburlah air
seni itu dan membasahi semua
penumpang.
9. Negatif Film Foto Kemerdekaan
Disimpan Di Bawah Pohon
Berkat kebohongan, peristiwa sakral
Proklamasi 17 Agustus 1945 dapat
didokumentasikan dan disaksikan
oleh kita hingga kini. Saat tentara
Jepang ingin merampas negatif foto
yang mengabadikan peristiwa
penting tersebut, Frans Mendoer,
fotografer yang merekam detik-detik
proklamasi, berbohong kepada
mereka. Dia bilang tak punya negatif
itu dan sudah diserahkan kepada
Barisan Pelopor, sebuah gerakan
perjuangan. Mendengar jawaban itu,
Jepang pun marah besar. Padahal
negatif film itu ditanam di bawah
sebuah pohon di halaman Kantor
harian Asia Raja. Setelah Jepang
pergi, negatif itu diafdruk dan
dipublikasi secara luas hingga bisa
dinikmati sampai sekarang.
Bagaimana kalau Mendoer bersikap
jujur pada Jepang?
10. Bung Hatta Berbohong Demi
Proklamasi
Kali ini, Bung Hatta yang berbohong
demi proklamasi. Waktu masa
revolusi, Bung Karno
memerintahkan Bung Hatta untuk
meminta bantuan senjata kepada
Jawaharlal Nehru. Cara untuk pergi
ke India pun dilakukan secara
rahasia. Bung Hatta memakai paspor
dengan nama “Abdullah, co-pilot”.
Lalu beliau berangkat dengan
pesawat yang dikemudikan Biju
Patnaik, seorang industrialis yang
kemudian menjadi menteri pada
kabinet PM Morarji Desai. Bung
Hatta diperlakukan sangat hormat
oleh Nehru dan diajak bertemu
Mahatma Gandhi.
Nehru adalah kawan lama Hatta
sejak 1920-an dan Dandhi
mengetahui perjuangan Hatta.
Setelah pertemuan, Gandhi diberi
tahu oleh Nehru bahwa “Abdullah”
itu adalah Mohammad hatta. Apa
reaksi Gandhi? Dia marah besar
kepada Nehru, karena tidak diberi
tahu yang sebenarnya.”You are a
liar !” ujar tokoh kharismatik itu
kepada Nehru.

No comments:

Post a Comment